Penulis : Arfan Fahri, S.Kom, MTCNA , MTCRE
Di era digital saat ini, serangan tidak hanya datang melalui virus atau malware, tetapi juga melalui cara yang lebih halus: social engineering.
Social engineering adalah upaya memanipulasi psikologi manusia untuk mendapatkan informasi rahasia, akses, atau keuntungan tertentu.
Bagaimana Social Engineering Bekerja?
Berbeda dengan peretasan teknis yang memanfaatkan celah sistem, social engineering menyerang sisi manusia.
Hacker tahu bahwa manusia sering menjadi titik terlemah dalam sistem keamanan. Contohnya:
- Mengaku sebagai pihak resmi untuk meminta password.
- Mengirim email palsu (phishing) yang terlihat seperti dari bank atau instansi.
- Menggiring target untuk mengklik link berbahaya.
- Memanfaatkan rasa takut, panik, atau kepercayaan korban.
Jenis-Jenis Social Engineering
- Phishing – Email atau pesan palsu yang menipu agar korban klik link tertentu.
- Vishing – Rekayasa sosial lewat telepon, biasanya berpura-pura sebagai call center.
- Smishing – Phishing lewat SMS/WhatsApp.
- Pretexting – Membuat cerita atau alasan palsu untuk mendapat informasi.
- Baiting – Memberi “umpan” seperti flashdisk gratis yang ternyata berisi malware.
Mengapa Berbahaya?
- Bisa mencuri data pribadi, password, atau akses ke sistem penting.
- Menyebabkan kebocoran data perusahaan atau data rahasia lainnya.
- Merugikan finansial maupun reputasi.
Cara Melindungi Diri
- Jangan mudah percaya pada pesan/email yang mendesak.
- Selalu verifikasi ke pihak resmi melalui jalur resmi.
- Gunakan two-factor authentication (2FA) untuk keamanan tambahan.
- Tingkatkan awareness seluruh karyawan melalui pelatihan rutin.
- Ingat: teknologi bisa kuat, tapi faktor manusia yang menentukan.
Penutup
Social engineering adalah bukti bahwa keamanan bukan hanya soal firewall dan antivirus, tetapi juga soal kesadaran dan kewaspadaan kita. Mari jaga data pribadi dan data organisasi dengan lebih bijak.